TRX NEWS – Pandemi COVID-19 yang berlangsung sejak Maret 2020 benar-benar mengubah wajah kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Begitu pula dalam dunia bisnis dan keuangan.
Pembatasan aktivitas publik dan penerapan lockdown di banyak wilayah telah melumpuhkan aktivitas perekonomian global. Tidak sedikit pelaku usaha yang gulung tikar. Sementara sebagian lainnya sibuk bertahan dan perlahan berusaha mengatasi tekanan yang akan datang.
Dalam upaya pemulihan tersebut, industri keuangan dinilai menjadi salah satu sektor yang masih mengalami tekanan akibat situasi daya beli yang belum sepenuhnya pulih dari pandemi. Menghadapi tantangan tersebut, setiap pemain di industri multifinance berusaha menciptakan dan mengembangkan strategi yang memungkinkan perusahaannya bertahan setelah pandemi.
Salah satunya adalah PT BRI Multifinance Indonesia atau BRI Finance yang bergerak di bidang transformasi dan fokus pada segmen pembiayaan konsumen. Meskipun masih ada harapan untuk pemulihan pascapandemi, upaya transformasi sebenarnya dimulai pada tahun 2019, hanya setahun sebelum pandemi. Dan ketika kita memasuki masa pandemi, mengapa tujuan tersebut tidak diubah? Dan benarkah hal ini diyakini sebagai sebuah terompet yang mendorong perusahaan untuk berkembang?
Dalam upaya menjawab pertanyaan tersebut, tim redaksi TRX NEWS.com berkesempatan untuk berbincang dengan Direktur Utama BRI Finance Ibu Azizatun Azhimah untuk menjajaki lebih jauh arah perkembangan BRI Finance ke depan, termasuk menyikapi perubahan dan perubahan tersebut. tantangan yang ada. dalam industri multi-mata uang dalam negeri.
Berikut adalah beberapa poin penting yang diangkat dalam diskusi tersebut.
Q: Bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap bisnis BRI Finance? Apakah dampaknya masih terasa sampai saat ini? Ataukah BRI Finance sudah benar-benar pulih dari keadaan ini?
Ketika saya berbicara tentang epidemi ini, saya yakin tidak ada satu industri pun yang benar-benar mampu mengatasi dampak epidemi ini. Selain itu, kami sedang mengerjakan layanan yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Dalam hal ini adalah industri jasa keuangan khususnya di sektor multifinance.
Apa dampaknya? Oleh karena itu, sejak awal pandemi, pendapatan kita mengalami penurunan sebesar 52,78%. per tahun (year-on-year/year), yaitu dari Rp 2,87 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp 1,36 triliun pada tahun 2020, dengan NPF (rata-rata pembiayaan nirlaba) meningkat dari 3,5% pada tahun 2019 menjadi 4,2% pada tahun 2020
Nah kalau ditanya seberapa besar dampaknya? Sangat besar.
Pertanyaan: Lalu apa yang telah dilakukan untuk memperbaiki situasi ini? Seseorang harus bertahan agar bisnisnya dapat terus berjalan, tetapi ada banyak situasi yang Anda sebutkan di awal yang perlu diperbaiki.
Kita perlu reorganisasi. Dan untungnya, pemerintah juga cepat menyadari (kebutuhan) tersebut agar dapat segera mewujudkan tujuan restrukturisasi sektor keuangan negara. Hal ini telah kami lakukan sejak April 2020 yang diperkirakan mencapai Rp 391 miliar, dan terus berkembang hingga mencapai puncaknya pada Oktober 2020 yang mencapai Rp 1,09 triliun.
Melihat kondisi saat ini, kita bersyukur tren (restrukturisasi) terus menurun hingga hanya mencapai Rp 439 miliar pada Juni 2022 yang sebagian besar merupakan restrukturisasi debitur pada tahap ini. Dalam kasus kami, perusahaan dengan cepat mengambil tindakan preventif dan kuratif, termasuk menetapkan kebijakan restrukturisasi komprehensif dan memperluas cakupan NPF, untuk memastikan keberlangsungan perawatan perusahaan.
T: Hal ini terkait dengan dana yang ada, lalu bagaimana seharusnya perusahaan sambil memperluas dana yang ada untuk mengumpulkan dana baru sebanyak-banyaknya?
Tentu saja. Kami juga memastikan peningkatan penyaluran dana baru. Beberapa langkah strategis telah kami lakukan, seperti penerapan digitalisasi proses akuisisi melalui sistem akselerasi. Kami juga memanfaatkan pembiayaan nircabang (branchless financing) pada unit kerja BRI dan memperbanyak jumlah dealer.
Upaya ini terbukti efektif dan akurat. Tolok ukurnya adalah mencapai hasil terbaik kita di tahun 2021. Total pembayaran mencapai Rp 3,72 triliun, menghasilkan pertumbuhan aset sebesar 29,6%, sementara NPF tetap di 2,8%, jauh di bawah rata-rata industri sebesar 3,5%.
Pada tahun ini, kami juga berhasil menjaga momentum pertumbuhan, dimana pada bulan Juni 2022, jumlah total remitansi mencapai Rp2,4 triliun dan total nilai aset meningkat menjadi Rp6,4 triliun. Kualitas aset juga semakin membaik, sebesar 2,1%.
Lantas kalau bertanya, apakah BRI Finance sudah pulih sepenuhnya dari pandemi? Saya dapat mengatakan bahwa kami berhasil keluar dari situasi yang sangat sulit ini. Ya, kami telah pulih dan masih dalam perjalanan menuju pertumbuhan.
T: Kita beralih dari pemulihan pascapandemi ke pembangunan global pada tahun 2022. Kita tahu, kondisi geopolitik yang panas juga menimbulkan ketidakpastian perekonomian global. Meski Indonesia dinilai banyak pihak sebagai salah satu negara terkuat dalam menghadapi resesi, namun tidak bisa dipungkiri bahwa situasi tersebut tetap berdampak pada pasar dalam negeri. Bagaimana Anda melihatnya? Apakah ini berdampak pada hasil BRI Finance? Jika iya, seberapa besar ukurannya?
Di dunia yang terbuka dan tanpa batas saat ini, jelas bahwa apa pun yang terjadi dalam perekonomian global dan domestik akan terus berdampak pada kinerja perusahaan keuangan.
Contoh sederhananya: kondisi global diperparah dengan terbatasnya pasokan minyak, yang menyebabkan harga minyak dunia naik sedemikian rupa sehingga kita terpaksa menaikkan harga bahan bakar di dalam negeri. Apakah ini berdampak pada keuangan? Tentu saja. Apa hasilnya? Permintaan pembiayaan mobil tentu saja akan berkurang.
Kami di jajaran manajemen menyadari sepenuhnya ancaman yang ditimbulkan oleh situasi ini, oleh karena itu kami telah mengambil banyak tindakan pencegahan strategis. Salah satunya adalah fokus pada pengembangan pembiayaan non-industri melalui kerja sama dengan BRI sebagai induk. Kami kemudian mengembangkan aplikasi myBRIf sebagai agregator terkemuka.
Selain itu, kami bekerja sama dengan perusahaan pemerintah, menjalin hubungan kerja sama dengan pengecer dan situs permainan, bekerja sama dengan pasar dan e-commerce, serta memperoleh pembiayaan.
Dari sisi kualitas aset, kami terus mengelola risiko secara ketat dan selalu menerapkan prinsip kehati-hatian, menjaga cakupan NPF pada tingkat yang wajar, di atas 120%. Mengapa? Menjadi lebih cerdas. Selanjutnya, kami juga mengembangkan sistem peringatan dini (EWS/alat deteksi dini) untuk memantau tunggakan pembayaran 6 bulan (F6PD), DPK dan NPF di tingkat unit kerja dan individu.
Berkat berbagai strategi tersebut, di tengah tekanan kondisi global, kami yakin BRI Finance mampu terus tumbuh dan mencatatkan hasil yang baik di tahun ini.
T: Mari kita beralih ke transisi. Kita tahu bahwa BRI Finance telah berkali-kali menekankan fokusnya pada efisiensi di industri pembiayaan konsumen. Mengapa? Mengapa perubahan ini dianggap penting? Apa tujuan utama yang ingin Anda capai?
Peralihan bisnis ke segmen pembiayaan konsumen ini sejalan dengan arahan pemegang saham yang juga menetapkannya sebagai Single Gateway Autoloan BRI Group. Dari nominasi ini terlihat jelas bahwa kami memperoleh keunggulan kompetitif berupa akses terhadap jaringan Perusahaan Induk dan basis pelanggan Perusahaan Induk.
Tujuan yang ingin kami capai dalam transformasi ini adalah menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi, menyebarkan risiko secara merata dan sekaligus memasuki industri non-siklus yang kami yakini sangat stabil.
Pertanyaan: Sejauh ini, apa kemajuan dalam proses perubahan yang telah dimulai? Apakah sudah sesuai harapan?
Sejauh ini, kami telah mampu mengalihkan fokus kami ke pembiayaan konsumen. Tolok ukurnya adalah bagian dari segmen yang mengalami pertumbuhan stabil, sebesar 35 persen. pada tahun 2020, hingga saat ini 69%. pada Juni 2022. Target kami untuk segmen pembiayaan konsumen sebesar 70%. Artinya kita semakin dekat dengan topik yang telah kita tetapkan sendiri.
Dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai, melalui seluruh upaya ini, kami bertujuan untuk menjadi salah satu perusahaan keuangan terkemuka di Indonesia sekaligus mendukung visi perusahaan induk sebagai pelopor inklusi keuangan.
Q: Nah, mengenai perusahaan multifinance terkemuka yang Anda sebutkan, melihat tantangan dan kekuatan yang ada di industrinya, bagaimana peta daya saing perusahaan multifinance dalam negeri dari sudut pandang BRI Finance? Bagaimana posisi BRI Finance dalam peta persaingan? Dan pemeliharaan seperti apa yang akan dilakukan?
Apalagi karena kami merupakan anak perusahaan dan bagian dari bisnis BRI Group yang lebih besar, maka ketika ditanya jenis pemeliharaan apa yang akan kami berikan, arahan dari Induk Perusahaan sangat jelas yaitu BRI Finance untuk mengembangkan bisnis pembiayaan konsumennya. . (Arah) Ini dimulai tahun 2018 dan progres kita masih sejalan dengan (tujuan) ini, pangsa pembiayaan konsumen tahun 2018 masih 4 persen, sekarang 69 persen.
Namun, jika kita berbicara tentang situasi persaingan, kita juga harus mencatat bahwa sebagian besar perusahaan keuangan di industri saat ini juga fokus pada segmen layanan pelanggan. Lebih dari 50 persen jumlah total uang yang diterima dari industri multi-mata uang adalah uang multiguna (konsumen).
Jadi di manakah posisi kita pada peta (daya saing)? Saya tegaskan, kami yakin mampu bersaing dengan perusahaan keuangan lain dengan keunggulan kompetitif yang kami miliki, menjadi bagian integral dari organisasi lembaga jasa keuangan besar seperti BRI Group.
Jadi dari segi timeline, tujuan kami pada tahun 2022 adalah mengembangkan pembiayaan konsumen dan kemudian menjadi pilihan utama dalam pembiayaan konsumen, dan pada tahun 2024 tujuan kami adalah menjadi pemain terdepan dalam pembiayaan konsumen. Ini adalah panduan kami dan tujuan yang kami tetapkan untuk memandu perusahaan induk kami agar fokus pada bisnis pendukung konsumen. (TSA)