TRX NEWS – “Menyadari hal itu adalah kebutuhan yang paling mendalam dari semua hal yang manusiawi.”
Kutipan singkat dalam bahasa Spanyol ini diberikan oleh psikoanalis, humanis, dan filsuf Jerman yang hidup di awal abad ke-20, Erich Pinchas Fromm.
Sebagai bagian dari teori alienasi yang merupakan mahakarya pemikirannya, Fromm menyatakan bahwa kebutuhan terdalam setiap manusia adalah bersatu dengan orang lain (unirse a los demás).
Kebutuhan ini jauh lebih mendasar dibandingkan keinginan manusia untuk bersaing dengan orang lain (competir con los demás), yang pada akhirnya mengasingkan mereka dari kehidupan.
Dalam bahasa yang sederhana dan kekinian, masyarakat secara naluriah lebih tertarik dan perlu bersinergi dibandingkan berkompetisi. Sebuah energi yang sering ditunjukkan oleh startup dan gelombang ekonomi baru lainnya.
Mungkin semangat “semesta” ini juga yang menjadi landasan pemikiran pemerintah yang akhir-akhir ini sedang melakukan konsolidasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi holding sektoral.
Terbaru, pemerintah resmi menyatukan kepemilikan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) di bawah payung PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) atau dikenal dengan Kumpulan Semen Indonesia (SIG).
Proses konsolidasi dilakukan melalui skema pengalihan saham di mana pemerintah resmi mengalihkan kepemilikan 75,51 persen saham SMBR kepada SIG senilai Rp 2,8 triliun. Pengalihan tersebut dilakukan melalui proses Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) yang dilakukan oleh SIG.
Untuk mengetahui lebih jauh informasi, tujuan serta visi dan misi acara korporasi ini, TRX NEWS.com berkesempatan berbicara langsung dengan CFO SIG, Andrian Hosny Panangian, saat berkunjung ke pabrik perseroan di Rembang.
Berikut adalah beberapa poin penting yang kami diskusikan dalam wawancara.
Q: Pertama-tama saya ucapkan selamat atas penandatanganan perjanjian jual beli saham dengan pemerintah terkait kepemilikan SIG atas saham SMBR. Bisakah Anda memberi tahu kami detail acara perusahaan ini?
J: Terima kasih atas kata-kata Anda. Secara umum, langkah ini mengikuti keinginan pemerintah untuk memperkuat dan memaksimalkan kinerja BUMN menjadi holding atau klaster.
Sedangkan untuk posisi Sub Klaster Semen BUMN, yang dilakukan pemerintah adalah dengan menyatukan Semen Baturaja (SMBR) di bawah payung SIG, bersama Semen Gresik (SG), Semen Padang (SP), Semen Tonasa dan Solusi Bangun Indonesia (SBI). ) .
Caranya dengan menerbitkan right issue sebanyak-banyaknya 846,21 juta saham baru Seri B dengan harga pelaksanaan Rp 6.600 per saham. Jumlah saham baru itu sendiri setara dengan 12,49 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah right issue. Rights issue ini akan menghasilkan dana sebanyak-banyaknya Rp 5,58 triliun yang terbagi dalam dua bagian, yakni dana segar Rp 2,74 triliun dari investor publik dan Rp 2,84 triliun dalam bentuk saham SMBR dari pemerintah selaku pemegang saham utama kami.
Q: Mengapa merger SMBR penting dilakukan agar pemerintah merasa perlu melakukan inbring agreement atas saham SMBR? Apa manfaatnya bagi masyarakat dan negara, serta perekonomian secara keseluruhan?
A: (Mengintegrasikan SMBR ke dalam GIS) Ternyata sangat penting. Kita tahu bahwa peran komoditas semen sangat penting dalam mendukung kelancaran proyek pembangunan nasional, dimana peran BUMN juga sangat strategis.
Di SIG, kami telah berhasil dalam hal ini dan mampu menunjukkan bahwa kami dapat menciptakan nilai melalui sinergi berbagai entitas dalam grup sehingga menjadi keunggulan kompetitif dalam persaingan industri semen, baik secara nasional maupun regional. tingkat.
Sebagai industri yang bervolume tinggi, upaya konsolidasi untuk menjawab tantangan pasar seluas-luasnya jelas merupakan langkah penting. Termasuk merger ini, kami melihat Semen Baturaja menjadi kekuatan besar industri semen di wilayah Sumsel.
Integrasi Semen Baturaja ke dalam SIG mempunyai potensi sinergi yang sangat besar dalam mendukung posisi BUMN dan melengkapi jejaknya di sub-grup semen, khususnya di wilayah Sumatera yang merupakan pasar domestik terbesar kedua, memenangkan persaingan yang ketat dan memberikan manfaat yang maksimal. kepada komunitas. dan negara.
Tak hanya itu, bagi SIG sendiri, kami memperkirakan langkah konsolidasi ini dapat memberikan nilai tambah hingga Rp1,65 triliun melalui efisiensi dan sinergi mulai tahun ini hingga tahun 2026.
(Nilai tambah) Hal ini sungguh penting dan berdampak strategis untuk memantapkan langkah kami mengambil langkah selanjutnya dalam persaingan pasar regional dengan menjadi perusahaan solusi bahan bangunan terkemuka, tidak lagi di tingkat nasional, namun mulai masuk dan bersaing di tingkat regional.
Q: Selain SIG menjadi pemegang saham mayoritas di SMBR, melalui right issue ini SIG juga mendapat suntikan dana baru yang cukup besar dari masyarakat. Untuk apa itu digunakan?
A: Kami berencana menggunakan dana yang diperoleh dari right issue untuk memperkuat program ESG (Environmental, Social and Governance) kami dengan menambah beberapa fasilitas untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar dan bahan baku alternatif.
Kami juga akan membangun pabrik persiapan pemanfaatan limbah untuk bahan bakar alternatif ekologis dan, tentu saja, untuk pengembangan bisnis di masa depan.
T: Mengapa program ESG penting bagi SIG dalam memanfaatkan dana right issue, selain meningkatkan daya saing dengan memaksimalkan proses produksi?
Jawaban: Karena sudah menjadi komitmen kami untuk mengedepankan prinsip berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam pengembangan bisnis kami di masa depan.
Hal ini juga sejalan dengan empat strategi utama yang kami kembangkan yang terbukti efektif dalam mewujudkan situasi saat ini, yaitu mendorong pertumbuhan berkelanjutan, mendekatkan diri kepada pelanggan melalui beragam produk dan solusi ramah lingkungan, meningkatkan keunggulan operasional dan digitalisasi rantai nilai. , dan posisi terdepan di pasar domestik
Hal ini juga merupakan bentuk nyata dukungan kami terhadap upaya pemerintah mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui upaya dekarbonisasi sebagai wujud partisipasi dan kontribusi kami di bidang perubahan iklim.
Kami telah menerapkan beberapa program ESG, seperti memperluas fasilitas penggunaan bahan bakar alternatif untuk mengurangi konsumsi batubara, yang merupakan bahan bakar konvensional yang tidak terbarukan. Kami juga terus meningkatkan berbagai fasilitas untuk memanfaatkan bahan baku alternatif dalam berbagai aktivitas manufaktur kami.
Semua ini kami lakukan untuk mengurangi penggunaan bahan baku limbah dan menggantinya dengan limbah industri B3 yang dapat didaur ulang, serta menyediakan fasilitas pengelolaan limbah yang ramah lingkungan.
Semua upaya ini kami lakukan sesuai dengan rencana dekarbonisasi cakupan 1 yang telah kami siapkan untuk mengurangi emisi karbon sebesar 515 kg CO2/ton semen pada tahun 2030. Salah satunya adalah dengan meningkatkan laju penggantian panas (TSR) menjadi 20 persen dan mengurangi faktor klinker menjadi 61 persen pada tahun 2030.
T: Dengan mengingat semua tujuan tersebut, apa pencapaian program ESG di SIG saat ini?
J: Pada bulan September 2022, kami telah berhasil mengurangi emisi karbon sebesar 2,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan faktor klinker sebesar satu persen dan peningkatan TSR sebesar 1,6 persen berkontribusi terhadap keberhasilan ini.
Keberhasilan ini juga sejalan dengan komitmen dan arah BUMN dalam mendukung dan melaksanakan transisi energi, serta menerapkan prinsip keberlanjutan energi untuk masa depan.
Hal ini juga menegaskan bahwa kami SIG Group berkomitmen penuh dalam menerapkan prinsip keberlanjutan dan terus berinovasi untuk menciptakan produk dan solusi yang berkualitas dan ramah lingkungan untuk menciptakan manfaat ekonomi dan membangun keunggulan kompetitif di pasar, dengan tetap menjaga ketahanan bisnis di masa depan. masa depan.
Q: Dari seluruh penjelasan yang bapak/ibu berikan, upaya konsolidasi ini didasari oleh semangat penguatan bisnis GIS ke depan. Pertanyaannya, ketika SIG sibuk menggenjot, bagaimana dengan kondisi pasarnya sendiri? Apakah pasar semen menarik di tahun 2023? Apakah ada proyeksi kemungkinan resesi tahun depan? Bagaimana SIG melihat peluang ini?
J: Kita sudah melihat beberapa tantangan potensial di tahun mendatang. Salah satunya, seperti yang Anda sampaikan tadi, adalah potensi resesi yang mungkin terjadi di tingkat global, yang berpotensi berdampak pada pasar real estate dan infrastruktur tanah air yang menjadi penggerak utama industri semen.
Namun seperti yang diungkapkan oleh banyak pengamat, analis, ekonom dan tentunya pemerintah sebagai pengambil keputusan perekonomian kita, fundamental perekonomian kita saat ini cukup kuat sehingga dinilai tidak akan terpengaruh oleh potensi resesi.
Dari situ, kami tetap yakin bahwa permintaan semen akan terus tumbuh positif di tahun depan, tentunya dengan berbagai tantangan yang ada di industri. Namun kami cukup optimis.
Padahal, kita melihat tahun depan sudah memasuki tahun politik, dimana masyarakat sedang mempersiapkan pemilu 2024 mendatang. Pengalaman kami, di saat seperti ini, pasar akan berkembang positif, permintaan meningkat, karena banyak proyek yang dikerjakan. aktif dan selesai.
Terlebih lagi, situasi pascapandemi akan terus mendorong masyarakat untuk segera pulih dan pulih dari kondisi tertahan yang terjadi pada wabah sebelumnya. Berdasarkan pemahaman ini, kami yakin bahwa sektor real estat akan tumbuh di tahun mendatang.
Dari sisi permintaan, akan terjadi peningkatan karena perekonomian secara umum relatif bergerak baik seiring dengan tahun politik yang sedang berjalan. Bahkan, untuk persiapannya, kami berencana memaksimalkan utilisasi produksi hingga 75 persen. Hal ini sudah berada pada level yang cukup optimal dengan kondisi saat ini.
T: Mengapa SIG begitu optimis bahwa pasar akan mendukung dan tumbuh sesuai harapan, sehingga meningkatkan utilisasi hingga 75 persen? Bagaimana jika yang terjadi justru sebaliknya, mengingat kondisi kelebihan pasokan masih menghantui industri semen Tanah Air selama ini?
J: Kami tidak takut. Meskipun kemungkinan hal tersebut masih terjadi di pasar, kami tetap optimis bahwa situasi ini tidak akan berdampak pada perusahaan.
Karena walaupun fokus dan pasar terbesar kami adalah pasar dalam negeri, namun di sektor ekspor kami juga mempunyai hasil yang relatif baik. Sejauh ini kami telah mengekspor ke beberapa negara seperti China, Bangladesh dan Australia.
Jadi kami lebih fokus pada optimalisasi penggunaan. Meski situasi pasar dalam negeri tidak sebaik yang diharapkan, kami sangat siap untuk mengekspor. (TSA)