TRX NEWS – “Bentuk ketidakadilan yang paling buruk adalah kepura-puraan atas keadilan.”
Sejak sekitar abad ke-3 SM, pemikir Yunani Plato membahas pentingnya prinsip keadilan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut salah satu tokoh yang meletakkan dasar konsep agama dalam masyarakat Barat, mewujudkan rasa keadilan, serta kebenaran dan kebebasan, merupakan landasan kebahagiaan manusia.
Oleh karena itu, menurut Plato, praktik ketidakadilan yang paling buruk adalah keadilan palsu.
Sebagaimana juga tertuang dalam sila kelima Pancasila, konteks Indonesia menghendaki terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jadi kalau kita bicara sila kelima (Pancasila), kita berbicara tentang asas (hukum) yang kita ingat, tapi apakah hanya tertulis di atas kertas atau bisa efektif diterapkan di lapangan? PT Perusahaan PerusahaanPL Negara (PLN), Darmawan Prasodjo dalam wawancara dengan TRX NEWS TV.
Menurut Dharmawan, negara mempunyai tanggung jawab untuk menjamin keadilan bagi seluruh warga negara Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, PT PLN sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun turut mengemban tanggung jawab tersebut.
Dengan bisnis inti perusahaan yang menangani permasalahan pasokan listrik, PLN pun merasa bertanggung jawab untuk menjamin ketersediaan akses listrik bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali.
Untuk itu PLN didukung pemerintah telah melaksanakan program yang disebut Elektrifikasi Desa. Kita bicara desa-desa terpencil di Pulau Luta, Papua bahkan Pulau Jawa, Sumatera, dan Karimun Jawa di seluruh nusantara, kata Dharmawan.
Karena itulah Dharmawan menegaskan, cakupan bisnis PLN mencakup seluruh wilayah, tidak hanya di kota-kota besar saja. Tak terkecuali daerah terpencil di kawasan perbatasan dan termasuk dalam kawasan perbatasan, kawasan tertinggal, dan kawasan terluar (3T).
Namun Dharmawan juga mengakui pihaknya menghadapi beberapa tantangan dalam program elektrifikasi lokal di desa-desa terpencil.
Salah satu tantangan terbesarnya adalah terkait biaya investasi yang relatif tinggi, yakni sekitar Rp10 hingga 50 juta per nasabah.
Tingginya nilai investasi tidak lepas dari karakteristik geografis wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan kondisi alam yang sangat menantang.
Oleh karena itu, posisi keuangan yang sehat dan kuat tentunya menjadi salah satu kunci utama PLN dalam menjalankan bisnisnya.
Tentunya kondisi tersebut harus didukung dengan kinerja yang solid dan maksimal sehingga perusahaan dapat mengejar tujuan yang telah ditetapkan.
Terkait hal tersebut, PLN berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 14,4 triliun sepanjang tahun 2022, meningkat sekitar Rp 1,3 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
“Ada kisah heroik bagaimana kami mampu membayar utang korporasi senilai Rp 62,5 triliun selama COVID-19,” kata Dharmawan.
PLN menyebutkan melalui metode pembayaran tersebut, Dharmawan mampu menekan beban operasional (Opex) dari sisi kewajiban pembayaran bunga yang sebesar Rp 5 triliun per tahun.
Dengan kondisi yang terus berlanjut hingga tahun 2024 ini, Dharmawan tak segan-segan mengklaim kondisi keuangan PLN kini dalam kondisi sangat sehat.
Selain mengupayakan pembiayaan positif, bentuk keadilan ketersediaan listrik lainnya adalah kualitas pasokan energi bersih berbasis energi terbarukan (EBT).
Dalam konteks ini, PLN dan pemerintah berkolaborasi dalam penyusunan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang diklaim merupakan kinerja energi paling ramah lingkungan sepanjang sejarah.
PLN kemudian menerapkan semangat tersebut dengan meningkatkan kapasitas pembangkitan EBT menjadi 20,9 GW.
“Kami jamin PLN berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, karena kami ingin memastikan generasi mendatang dapat menikmati masa depan yang lebih baik dibandingkan generasi saat ini.
Salah satu bentuk nyata komitmen tersebut adalah PLN mulai menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 13 GW pada tahap perencanaan tiga tahun lalu, jelas Dharmawan.
Dengan penghapusan tersebut, PLN disebut berhasil mencegah 1,8 miliar ton emisi gas rumah kaca selama 25 tahun.
Sementara di sektor hilir, PLN terus mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik sebagai wujud spesifik pemanfaatan energi ramah lingkungan.
Saat ini, PLN terus memperluas infrastruktur pengisian kendaraan listrik. Hingga saat ini, PLN telah menyediakan 616 unit SPKLU, 1.056 SPBKLU, dan 6.705 stasiun pengisian listrik umum.
Melalui berbagai langkah dan strategi yang dilakukan, PLN semakin yakin akan mewujudkan hasil Indonesia Cerah yang telah ditetapkan pemerintah sebagai tujuannya. (TSA)