TRX NEWS – Menteri Keuangan Sri Mulani Indravati mengatakan penurunan selama lima bulan berturut-turut merupakan perkembangan positif bagi perekonomian, khususnya daya beli masyarakat.
Defisit saat ini disebabkan oleh ketidakstabilan harga (food Volatilitas) yang terkait dengan pasokan pangan. Oleh karena itu, harga pangan di pasaran akan stabil atau turun.
Presiden Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Hariyadi Sukumdani mengatakan investasi tersebut akan berdampak pada semua sektor, termasuk pariwisata.
“Kalau depresi ya, itu data BPS. Nah kalau di pariwisata juga terlihat, tapi untuk beberapa hotel, restoran sangat stabil, belanjanya bagus, makanya jumlah wisatawannya tinggi tapi pengeluarannya menurun,” kata Hariyadi. Saat ditemui MNC Portal di Jakarta Utara, Jumat (4/10/2024).
Ia menilai hilangnya daya beli masyarakat saat ini disebabkan kurangnya lapangan kerja. Oleh karena itu, masyarakat tidak mempunyai pendapatan sehingga daya belinya menurun.
“Kita sudah lama khawatir tidak hanya daya beli tapi juga kemampuan bekerja. Pembelian akan menurun karena banyak masyarakat yang tidak punya cukup waktu untuk bekerja,” jelasnya.
Perdana Menteri terpilih Prabowo Sabianto pernah mengatakan bahwa pariwisata akan menyumbang 5% terhadap PDB. Menurut Hariyadi yang juga menggeluti bisnis perhotelan, hal tersebut kemungkinan besar terjadi karena pariwisata Indonesia merupakan sektor yang mudah untuk bangkit kembali.
“Iya, wisata itu paling mudah,” kata Hariyadi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia mengalami kontraksi sebesar 0,12 persen (month-on-month/MTM) pada September 2024.
Perubahan ini dimulai pada Mei 2024, 0,03% di bulan Mei, 0,08% di bulan Juni, 0,18% di bulan Juli, dan 0,03% di bulan Agustus.
Sementara itu, inflasi secara tahunan tercatat sebesar 1,84 persen (YoY/YoY) dan inflasi tahun ke tahun tercatat sebesar 0,74 persen (YoY/UTD).
Merencanakan Kepala BPS Amalia Edinanggar Vidyasanthi mengatakan, data defisit yang diperoleh BPS mengacu pada Indeks Harga Konsumen (IHK), dimana yang dimaksud adalah harga barang dan jasa.
Untuk itu, BPS mengimbau masyarakat tidak mengaitkan data depresi dengan dugaan hilangnya daya beli masyarakat.
(Individu Kristen)