TRX NEWS – Kinerja PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) tetap kokoh meski mendapat tekanan dari penurunan harga batu bara. Hingga kuartal III-2024, eksportir batu bara itu membukukan laba sebesar USD 1,18 miliar atau setara Rp 18,5 triliun.
Pencapaian ini lebih rendah 3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023, ketika Adaro memperoleh laba bersih ciptaan induk sebesar $1,27 miliar.
Dalam laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (11/1/2024), ADRO melaporkan penurunan pendapatan operasional sebesar 10,6 persen dari $4,98 miliar menjadi $4,45 miliar. Sekitar 82 persen pendapatannya berasal dari ekspor batu bara.
Namun perusahaan yang dipimpin Garibaldi Thohir ini berhasil mencapai efisiensi pendapatan (10 persen) dan biaya operasional (23 persen). Hal ini menyebabkan laba operasional ADRO turun tidak signifikan sebesar 6,5 persen menjadi $1,5 miliar.
Penurunan belanja pendapatan tidak terlepas dari penurunan pembayaran pemerintah sebesar 21 persen dari $1,2 miliar menjadi $913 juta. Sementara itu, beban usaha mengalami penurunan akibat penurunan PNBP dan pajak daerah yang dibayarkan ADRO dari $70 juta menjadi $42 juta.
Sementara itu, biaya keuangan juga turun 12 persen menjadi $71 juta, menyebabkan kinerja konsolidasi ADRO sedikit menurun sebesar 3 persen menjadi $1,3 miliar.
Dalam sembilan bulan pertama, ADRO menjual batubara terbanyak ke Malaysia ($747 juta), Tiongkok ($625 juta) dan Korea Selatan ($908 juta). Namun, perseroan juga memenuhi kewajiban pasar domestik (DMO) dengan menjual batu bara di pasar domestik senilai $968 juta.
(Grace Fiansyah)