TRX NEWS – PT Jasamarga Jogja Bawen (JJB) menilai besarnya biaya pelaksanaan proyek jalan tol Yogyakarta-Bawen melemahkan kelayakan investasi proyek tersebut.
Perkiraan biaya pendapatan tahunan Yogyakarta-Baven meningkat dari anggaran awal menjadi Rp16,7 triliun yakni Rp10,6 triliun.
“Dengan demikian, sunk cost, biaya konstruksi tentu saja melemahkan atau mempengaruhi kelayakan investasi sebagai ‘pendekatan pertama’,” kata Presiden Direktur JJB A.J. Dwi Vinarsa saat ditemui di Joja, Kamis (10/10/2024).
Menurut perhitungan JJB, peningkatan pendapatan konstruksi akan berdampak negatif terhadap rencana bisnis JJB, seperti badan usaha tol pemegang konsesi ruas Yogyakarta-Baven.
Ada lima Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya yang menjadi pemegang saham JJB, yakni PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT PP (Persero) Tbk, dan PT Brantas Abipraya (Persero) Tbk.
“Kami kembali menghitung bahwa kenaikan biaya operasional atau biaya konstruksi sesuai dengan rencana bisnis yang dihitung akan mempengaruhi kemampuan kami dalam berinvestasi,” kata Dwee.
“Karena ini investasi pendapatan, idenya investasi, jadi kita harus hitung rencana bisnisnya dan semaksimal mungkin recovery,” ujarnya.
Jasamarga Jogja Bawen, lanjut Dwi, telah mengajukan permintaan kepada pemerintah untuk memastikan kembali kelayakan proyek investasi tersebut berdasarkan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT).
“Ada empat, yang pertama mencabut amandemen, lalu diperbolehkan perpanjangan waktu.” Kemudian dukungan pembangunan Seksi 3-4 (Tol Yogya-Baven), kata Dwee.
“Untuk sementara pembangunannya akan diselesaikan oleh pemerintah, pengoperasiannya tetap pada kami, dan saya informasikan bahwa kami meminta 3-4 unit yang sedang kami kerjakan untuk melakukan penyesuaian khusus. kami bertanya, katanya.
(Fiki Ariyanti)