TRX NEWS: Kisah sukses pemilik restoran Padang Sederhana bisa dijadikan inspirasi bagi para wirausaha. Restoran makanan khas Minangkabau berlogo ikonik ini didirikan oleh Bustaman, seorang perantau asal Lubuak Jantan, Sumatera Barat. 

Bustaman lahir pada tahun 1955 dan hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar. Ia merantau ke Jambi sebelum akhirnya berangkat ke Jakarta. Selama tinggal di Jambi, Bustaman bekerja serabutan. 

Mulai dari bekerja di perkebunan karet, berjualan koran, mencuci piring, hingga menjadi pedagang kaki lima. Ia dan istrinya berimigrasi ke Jakarta pada tahun 1970, saat itu Bustaman tinggal di Matraman dan berjualan rokok di gerobak pinggir jalan. 

Namun karena adanya gejolak antara perantau Minang dengan bandit lokal, Bustaman dan keluarganya harus pindah ke Pejompongan. Berdasarkan arsip Ciputra Entrepreneurship (11/4), setelah pindah, Bustaman tetap berjualan rokok. 

Saat itu penghasilannya hanya Rp 2.000 per hari, sedangkan di Matraman penghasilannya bisa mencapai Rp 8.000 per hari. Karena penghasilannya yang semakin menipis, Bustaman memutar otak untuk mencari penghasilan tambahan. 

Pilihannya jatuh pada penjualan makanan. Ia mencari lahan pinggir jalan di Bendungan Hilir dan menyewa warung berukuran 1 x 1 meter seharga Rp 3.000, namun saat itu ia belum pandai memasak. 

Bustaman kemudian belajar sambil berjualan. Omset pertamanya tentu tidak serta merta memuaskan, saat itu ia hanya mampu menghasilkan 425 rupee, padahal modal dagangnya mencapai 13.000 rupee. 

Terlebih lagi, ia masih berhutang beras, minyak, dan berbagai komoditas penting lainnya kepada tetangganya. Dan parahnya lagi, hasil kerja kerasnya sebagai sales telah direnggut oleh asisten barunya. 

Namun Bustaman tidak menyerah dan terus berjualan makanan. Hingga akhirnya ia belajar memasak resep lain dari seorang pedagang makanan yang juga berasal dari Sumatera. Dengan menu barunya ini, Bustaman mulai diminati pengguna. 

Sayangnya, lapaknya digusur dan gerobaknya disita Satpol PP saat penggerebekan PKL. Menurut BRI UMKM Link, Bustaman kembali berjualan, namun kiosnya harus dibuka di lahan yang disediakan pemerintah. 

Penyewaan lahan yang disediakan terbatas, Anda hanya bisa menyewa satu stand, padahal membutuhkan dua stand. Bustaman pun sempat adu mulut dengan tantenya soal warung tersebut karena mengambil nama pamannya untuk membuka dua warung. 

Posisi itu diambil oleh bibinya. Namun keberuntungan sedang berpihak padanya, tokonya terjual lebih baik dari toko bibinya. Dia akhirnya membuka kios baru di depan kios yang dikuasai bibinya, dan penjualannya menjadi semakin populer. 

Bustaman mulai menyewa lapak pada tahun 1974 saat pasar Benhil dibangun, dengan harga sewa Rp 15.000, setahun kemudian ia berhasil membuka cabang di Roxy Mas. Dari warung di warung kecil hingga kios, perlahan Bustaman berhasil mengembangkan usahanya. 

Warung Bustaman menjadi sebuah restoran dengan nama RM Padang Sederhana. Nama ini dipilih oleh wanita tersebut agar nama tersebut mudah diingat oleh penggunanya. Untuk melindungi restorannya, Bustaman mematenkan merek dagang “Ciderkhana”. 

Pada tahun 2000, Bustaman mendirikan perusahaan berbadan hukum PT Musim Citra Mandiri untuk melindungi merek Simple. Dari sini kita bertemu dengan salah satu RM Padang yang legendaris dan ikonik di Indonesia. 

RM Padang Simple sudah membuka ratusan cabang di kota-kota besar di banyak provinsi. Ia bahkan berhasil membuka cabang di Malaysia. Inilah kisah sukses seorang pemilik restoran di Padang. 

(Nadia Kurnia)