TRX NEWS – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berkomitmen memperluas kehadiran AgenBRILink untuk mengakselerasi pembiayaan sekaligus menciptakan sharing economy bagi masyarakat. Dampaknya, salah satu bank terbesar di Tanah Air ini terus mengurangi jumlah kantornya.
Pada bulan September 2024, jumlah kantor Inisiatif Sabuk dan Jalan akan mencapai 7.594. Jumlah tersebut menurun sekitar 16 persen dibandingkan jumlah kantor pada tahun 2020 yang berjumlah 9.030 kantor.
BRI telah melakukan perampingan beberapa kantor dan mengalihkan layanan perbankan melalui AgenBRILink, kata Direktur Utama BRI Sunarso.
Ia mengatakan dalam keterangan resmi, Jumat (8/11/2024), “layanan kantor yang ditutup telah dialihkan ke agen BRILink yang ditempatkan di kios.”
Menurut Sunarso, langkah ini merupakan bagian dari transformasi BRI tahap kedua yang disebut BRIvolution 2.0. BRI ingin menjadi “grup perbankan paling berharga di Asia Tenggara dan pelopor inklusi keuangan”, sehingga pada tahap ini, inklusi adalah kuncinya.
“Kemudian, jumlah kantor sebenarnya kami kurangi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang kami liput dalam konteks inklusi keuangan. Kemudian AgenBRILink bertujuan untuk menjamin sharing economy, dengan pertumbuhan ekonomi yang mencakup sebanyak-banyaknya masyarakat yang berpartisipasi mungkin,” katanya.
Sunarso mengatakan, hasil riset Belt and Road Initiative menunjukkan masyarakat Indonesia belum sepenuhnya digital. Masih banyak masyarakat yang lebih memilih perbankan melalui agen. “Sebenarnya, apalagi digital, kita masih enggan ke bank, dan masih lebih memilih ke kios-kios yang dekat dengan rumah. Tapi yang penting kita tetap membutuhkan kehadiran fisik dan sentuhan personal,” kata Sunarso .
Sunarso menjelaskan AgenBRILink ini seperti sublayanan BRI sebenarnya, namun dalam bentuk proxy. Agen tersebut dapat berupa kios, toko kelontong, dan lain-lain.
“Tujuannya untuk menjangkau masyarakat dalam skala yang lebih luas dan mendalam serta biaya yang lebih rendah dengan tujuan meningkatkan inklusi keuangan di daerah, terutama yang tidak memiliki akses terhadap layanan perbankan formal,” tambah Sunarso.
Diungkapkannya AgenBRILink saat ini terus berkembang dan jumlahnya mencapai 1,02 juta agen di seluruh Indonesia pada tahun ini. Bahkan, Sunarso mencatat pada tahun 2015, jumlah agen BRILink masih sebanyak 75.000.
Dari sisi bisnis, kata dia, juga ada potensi. Tahun lalu BRI menerima pembayaran sebesar Rp 1,5 triliun dari AgenBRILink. Dia mengatakan, para agen menerima hampir dua kali lipat biaya yang diterima BRI karena porsi biaya yang mereka terima lebih besar dari yang diterima BRI.
Sonarso memperkirakan agen BRILink di seluruh Indonesia akan memperoleh pendapatan sekitar Rp2,5 triliun hingga Rp3 triliun. Hal ini membuktikan masih banyak masyarakat Indonesia yang membutuhkan pelayanan fisik. Pasalnya, volume transaksi melalui AgenBRILink selama tahun 2023 mencapai Rp 1,427 triliun. Sedangkan pada tahun ini, volume transaksi AgenBRILink per September 2024 mencapai Rp 1.170 triliun.
“Inilah hadirnya BRI yang memiliki agen yang bersedia menutup beberapa cabangnya dan bisa terus melayani masyarakat lebih dalam dan luas sehingga menjangkau lebih banyak masyarakat. Volume transaksi melalui kios-kios ini sepertinya sangat besar.” Dia berkata.
(Rahmat Viancia)