TRX NEWS – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) di atas Rp 16.000. Hal ini memaksa Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan di angka 6%.
Chief Investment Officer PT KISI Asset Management (KISI AM) Arfan F Karniody menegaskan, kebijakan moneter BI lebih fokus menjaga stabilitas rupiah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Sepertinya BI besok tidak akan menurunkan suku bunga karena rupiah sudah mencapai Rp 16.000,” kata Arfan Selasa (17/12/2024) saat ditemui di kawasan SCBD Jakarta Selatan.
Tingkat daya beli yang lemah serta PMI manufaktur yang masih terkontraksi menjadi faktor yang menjaga BI rate tetap di level 6%.
Jika memilih meningkatkan daya beli, Arfan menilai BI harus menurunkan suku bunga mulai November.
“Menurut ekonom kita, seharusnya BI bulan lalu memangkas suku bunga dan jika daya beli kita rendah maka indeks manajer pembelian (PMI) juga akan rendah,” ujarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penurunan suku bunga dan merangsang daya beli.
Sesuai jadwal, BI akan memutuskan suku bunga pada Rabu depan (18/12/2024). Perkembangan kebijakan moneter global juga mempengaruhi pergerakan nilai tukar domestik. Perhatian pasar kini tertuju pada bank sentral AS, atau Federal Reserve, yang akan mengambil keputusan mengenai suku bunga pada Kamis pagi.
Arfan yakin The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Hal ini didasarkan pada indeks FedWatch CME Group, yang menunjukkan lebih dari 90 persen kemungkinan penurunan triwulanan.
“Jadi jelas The Fed akan memangkas 25 bps,” ujarnya.
Konsensus para ekonom yang disurvei oleh Reuters, pemeringkat saham, memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada 6 persen.
Perkiraan ini berubah dibandingkan 1 bulan lalu, ketika konsensus para ekonom memperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga sebesar 25 bps pada Desember 2024.
“Perubahan ekuitas ini didorong oleh terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” kata Stockbit dalam komentarnya. Dampak Indeks Dolar terhadap Rupee
Arfan menyoroti adanya korelasi yang cukup besar antara pasangan mata uang USD/IDR dengan Indeks Dolar atau DXY.
“Kami telah melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa nilai tukar USD/IDR berkorelasi 76% dengan pergerakan Indeks Dolar AS (DXY),” ujarnya.
Jika DXY lemah, rupee cenderung menguat. Menurut dia, rupee berpeluang menguat jika FED memangkas suku bunga acuan.
“Tentu saja jika DXY melemah; “Ini seharusnya memberikan dorongan yang lebih kuat kepada rupee,” katanya.
(DESI ANGRIANI)