TRX NEWS—Kisah sukses seorang nelayan yang berhasil menjadi dosen muda di sebuah perguruan tinggi dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Santo Ichda Wahyuni merupakan anak seorang nelayan dan pekerja kepiting yang berhasil menyelesaikan studinya hingga Magister.
Artikel menariknya dimuat di website Universitas Muhammadiyah Surabaya. Berdasarkan laman resmi UM Surabaya (23/12), Holy kini menjadi pengajar pada program pendidikan guru dasar di universitas tersebut.
Perjalanan pendidikannya tidaklah mudah. Ia harus mendengar dan menghadapi segala macam hinaan dan cacian dari orang-orang yang bersamanya, bahkan dari keluarganya sendiri.
Sejak ia masih muda, Yang Mulia mengetahui situasi keuangan keluarganya yang terbatas. Tumbuh besar di pantai, Saint tidak tahu bagaimana cara merawat dirinya sendiri, kulitnya sering terbakar di bawah terik matahari.
“Mereka menganiaya saya secara fisik, saya dianiaya di depan semua teman saya ketika sesuatu terjadi di aula. “Saya sangat malu dan itu membuat kepercayaan diri saya turun,” katanya.
Meski keluarganya tidak mengenyam pendidikan, Holy sangat bersyukur karena orang tuanya memahami pentingnya pendidikan bagi seorang anak. Oleh karena itu, ayah dan ibunya bermimpi menyekolahkan Suci.
Kehidupan sehari-hari ayahnya adalah seorang nelayan biasa yang mencari ikan di perahu kecil, sedangkan ibunya adalah seorang pekerja kepiting. Bahkan di usianya yang masih belia, Holy memahami betapa sulitnya orang tuanya mencari nafkah.
Terkadang Orang Suci juga berperan sebagai kepiting. Namun tanggung jawab pendidikannya tidak pernah diabaikan. Buktinya adalah bahwa Orang Suci itu sebagian besar masih duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Keberhasilan ini cukup membantu orang tuanya menurunkan biaya sekolah. Saking bahagianya ia saat mengambil rapornya melihat wajah bangga orangtuanya. Apalagi mendengar nama ayahnya disebutkan saat Holy memenangkan seluruh turnamen.
Setelah lulus SMA, kedua orang tuanya bertekad agar putrinya bisa kuliah. Suci gagal mendapatkan beasiswa, kegagalan ini pun membuatnya frustasi. Namun Holy tidak putus asa, ia tetap berangkat ke Surabaya untuk melanjutkan studinya.
Beliau merupakan mahasiswa biologi Universitas Muhammadiyah Surabaya. Saat itu, banyak anggota keluarga yang menghinanya dan meragukan kemampuan orang tuanya, sampai-sampai mengatakan dia tidak akan menyelesaikan studinya, orang tuanya akan terlilit hutang.
“Kecanduannya sudah hilang, buktinya saya berhasil meski tidak mudah,” kata Suci.
Saat ia kuliah, ibunya mengidap kanker serviks sehingga perlu dirawat dalam waktu lama. Holy pun kerap diberi izin untuk menemani ibunya ke rumah sakit. Saat itu, Holy hendak putus kuliah.
Namun Holy banyak bertemu dengan orang-orang baik di kelompok mahasiswa muhammadiyah, sehingga perawatan ibunya terbantu oleh yayasan. Ibunya bisa pulih dan menghadiri wisuda Holy.
Ia dianugerahi sebagai wisudawan terbaik dengan IPK tertinggi. Sebelum akhirnya bekerja sebagai pengajar muda di UM Surabaya, Holy melanjutkan studinya di Universitas Airlangga.
Orang suci itu juga bekerja di bidang pendidikan. Ia kerap mendapat dana penelitian dan pengabdian dari BRIN yang merupakan perwakilan universitas untuk kegiatan akademik di luar negeri.
Inilah kesuksesan seorang nelayan yang menjadi dosen di sebuah universitas.
(Nadya Kurnia)