TRX NEWS – Pada Rabu (9/10/2024), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) melakukan perdagangan silang (self-closed) di pasar saham.
Berdasarkan data pasar, total transaksi sebesar Rp 2,08 triliun dan volumenya 134,49 juta atau 13,4 miliar lembar saham.
Jumlah tersebut setara dengan 13,0 persen saham Bukalapak.
Nomor perdagangan di atas serupa dengan nomor perdagangan terakhir anak perusahaan Ant Group, API (Hong Kong) Investment Limited di Bukalapak.
API Investment (Hong Kong) di bawah bendera Alibaba menguasai 13,44 miliar saham BUKA atau 13,04 persen dari total saham perseroan per 30 September 2024.
Harga jualnya Rp 155 per saham yang terbagi dalam dua transaksi. Pertama, penjualan 3,6 miliar saham dengan harga Rp 250 per saham. Kedua, 9,8 miliar dengan harga Rp 120 per saham.
Harga transaksi tersebut tergolong premium karena lebih tinggi dibandingkan harga OPEN di pasar reguler Rabu, yakni Rp 132-150 per saham.
Belum ada informasi yang dirilis dari BUKA mengenai masalah ini.
Sebagai informasi, hingga 30 September 2024, Grup Emtek melalui PT Kreatif Media Karya (KMK) akan menguasai BUKANA dengan 25,38 miliar saham (24,6%) sebagai pemegang saham terbesar. Terakhir, Archipelago Investment Pte Ltd menguasai 9,73 miliar saham (9,4%).
Dan jumlah penduduknya 50,5 persen.
Di pasar reguler, hingga pukul 14.55 WIB, harga saham BUKA terkoreksi 4,76% ke Rp 140 per saham setelah menguat pada dua hari sebelumnya.
Mengumpulkan rumor
Sebelumnya, banyak pelaku pasar yang mengaitkan kenaikan harga saham Bukalapak sebesar 25% pada Senin (7/10) dengan sejumlah rumor, termasuk akuisisi bisnis e-commerce asal China, Temu.
Misalnya saja Temu, perusahaan e-commerce asal Tiongkok milik PDD Holdings, yang dikabarkan tertarik memasuki pasar Indonesia, menurut Algo Research dan Henan Putihrai Asset Management (HPAM) pada Senin (7/10).
Namun, pemerintah Indonesia khawatir Temu dapat mengganggu usaha kecil dan menengah lokal yang menjual produk impor dari Tiongkok.
Hal ini meningkatkan kemungkinan BUKA menjadi target akuisisi perusahaan seperti TikTok dan Tokopedia, mengingat Temu belum mendapatkan izin usaha.
Selain akuisisi Temu, rumor lainnya terkait perpecahan BBHI.
Berdasarkan riset Algo, BUKA merugi tahun ini terutama karena investasinya di Bank Allo (BBHI) yang 11,5% sahamnya dimiliki BUKA.
Saham BBHI saat ini diperdagangkan di bawah harga penutupan akhir tahun 2023 sebesar Rp 925 per saham. Menurut laporan, BUKA mungkin akan menjual BBHI dan fokus memperkuat ekosistemnya dengan Superbank.
Lalu ada juga informasi pasar mengenai keuntungan atau perolehan.
Setelah diklarifikasi Algo Research, BUKA disebut bisa membagikan dividen atau membeli kembali saham dengan dana hasil IPO yang besar. Per Juni 2024, BUKA memiliki pendapatan sebesar Rp 9,45 juta.
Bukalapak memilih untuk tidak mengomentari rumor tersebut. (Aldo Fernando)