TRX NEWS – Pemerintah tengah menggodok peraturan pemerintah (PP) yang melibatkan tujuh badan usaha milik negara (BUMN) di sektor infrastruktur. Belum jelas apakah merger perusahaan pelat merah tersebut akan rampung tahun ini.
Kabar tersebut dibenarkan Wakil Menteri BUM Kartika Wirjoatmodjo yang mengatakan prosedur terkait penggabungan tujuh BUM tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum pemerintah dapat menyetujuinya secara resmi.
“Itu bukan merger, jadi kita sedang finalisasi PPnya. Jadi bukan modelnya, bukan merger, tapi modelnya yang dilakukan seperti ini (anak perusahaan dan induk),” ujarnya. Jumat 15/11/2024 saat ditemui di Kantor Kementerian Luar Negeri, namanya Tiko.
Melalui merger tersebut, tujuh perusahaan pelat merah bidang infrastruktur akan dilebur menjadi tiga perusahaan saja.
Proyek tersebut menggabungkan PT Waskita Karya (Persero) Tbk atau WSKT menjadi PT Hutama Karya (Persero) atau HK. Artinya HK akan menjadi induk perusahaan WSKT.
Tiko mengatakan Hutama Karya dengan kekuatan finansial yang dimilikinya sebagai induk perusahaan mampu menopang arus kas WSKT ketika emiten tersebut ditugaskan mengerjakan proyek strategis nasional.
“Vaskita, setelah restrukturisasi, sekarang ada rencana restrukturisasi dengan perbankan. Nah, yang di atas benar, Hong Kong dalam keadaan sehat, otomatis Hong Kong bisa mendukung dari segi cash flow,” ujarnya.
Belakangan, PT Nindya Karya (Persero) dan PT Brantas Abipraya (Persero) bergabung membentuk PT Adhi Karya (Persero) Tbk alias ADHI. Nantinya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA melakukan merger dengan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau PTPP.
Tiko mencatat, hasil kerja BUMN didasarkan pada spesialisasi perusahaan. Keputusan ini penting agar perseroan bisa berkonsentrasi pada bisnis konstruksi sendiri pasca merger.
Misalnya, perusahaan WSKT dan HK fokus pada pembangunan jalan tol, sedangkan ADHI, Nindya, dan Brantas Abipraya melaksanakan proyek di sektor transportasi. Misalnya saja jalur LRT.
WIKA dan PTPP kemudian beralih ke konstruksi.
Ada juga yang fokus di sektor jalan tol, ada juga yang fokus di bidang real estate, konstruksi, dan pengembangan IPC. Ada juga yang khusus fokus di bendungan dan transportasi.
(Febrina Ratna)