TRX NEWS – Kisah inspiratif seorang penjual sayur asal Solo akan menjadi inspirasi bagi usaha kecil. Farida merupakan seorang pedagang sayur yang menjual Rp 5.000 pada acara Car Free Day yang diadakan setiap minggunya di Kolomadu, Solo.
Meski hanya berjualan selama tiga jam pada acara CFD, Farida berhasil menghasilkan omzet sebesar Rp 1,5 juta hingga Rs 2 juta setiap membuka tokonya di acara Kolamadu CFD.
Keunggulan dari toko sayur Farida adalah memiliki rak display yang modern sehingga membuat pasar terlihat seperti pasar kecil. Sebenarnya rak displaynya cukup sederhana. Namun berkat rak tersebut, pelanggan bisa melihat semua sayuran yang dijualnya.
Selain itu, Farida menyiapkan sayurannya dalam wadah styrofoam yang dibungkus plastik rapat. Menurut presentasi di supermarket. Styrofoam Sayur harganya hanya Rp 5.000.
Sebelum berdagang sayur mayur, Farida berjualan es coklat di acara rutin tersebut. Awalnya laris manis, namun lama kelamaan omzetnya menurun seiring dengan memudarnya tren es krim coklat. Seperti yang kita ketahui, es krim coklat sedang viral saat itu.
“Akhirnya saya kepikiran gimana caranya nambah waktu tiga jam itu, tapi tingkat omzetnya naik. Saya kepikir sayur karena ibu saya jualan sayur, tapi di pasaran cuma kiloan,” kata Farida di channel YouTube Cap Kebang.
Selain itu, Farida terkesan dengan supermarket yang menjual sayuran. Berdasarkan pengalaman berbelanja di supermarket, Farida mencoba mengadopsi metode pengemasan ala toko.
Selain memajang sayur-sayuran tersebut dengan rapi, ia juga mematok harga jual di angka bulat Rp 5.000 per ikat. Secara teori, angka tersebut realistis dan terjangkau, terutama bagi ibu-ibu yang sering membeli bahan makanan.
Modal awal Farida kurang dari Rp 100.000 karena penjualan awalnya sangat sedikit. Selain itu, ia biasa membawa sayur-sayuran dari ladang ibunya. Awalnya ditawarkan hanya 30 paket.
Kemudian rak pajangan dikerjakan oleh suami Anda. Pelanggan lebih tertarik berbelanja karena tampilan rak dan kemasan yang menarik. Dalam sehari, Farida menjual lebih dari 400 bungkus.
Meski harganya murah, Farida sudah menunjukkan cara download game. Karena ia tidak membeli semua sayur-sayuran dari pasar utama, petani tersebut mengirimkan banyak sayur-sayuran langsung ke rumahnya.
Setelah semua sayuran yang dibeli dipanggang, potong-potong satu per satu hingga bersih. Kemudian ditutup secara hati-hati dengan styrofoam dan plastik wrap, proses pengepakan dimulai dari malam hingga pagi hari.
Sayuran yang ditawarkan bervariasi. Mulai dari tomat, cabai, kol, bayam, bok choy, sawi putih, kol, bawang merah dan masih banyak lagi bumbu dapur lainnya. Farida pun mengemas sayurnya sesuai resep. Misalnya saja sayur sop dan sayur asem.
Jumlah sayuran dalam kantong dapat berubah karena perubahan harga dari petani dan pasar. Meski demikian, Farida masih bisa menyesuaikan kuantitas dengan harga jual agar margin Rp 5.000 tidak berubah.
“Saya terinspirasi dari supermarket. Sayurannya rapi dan rapi, tapi harganya saya buat ramah di kantong,” kata Farida.
Itulah kisah inspiratif seorang pedagang sayur yang sukses memperdagangkan sayur mayur di event CFD setiap minggunya.
(Natya Gurnia)