TRX NEWS – Harga emas global pulih pada perdagangan Selasa (8/10/2024) setelah data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang kuat mengurangi ekspektasi penurunan besar suku bunga Federal Reserve (Fed).
Menurut data pasar, emas spot (XAU/USD) turun 0,78 persen menjadi US$2,621.96 per troy ounce pada hari Selasa. Dari jumlah tersebut, logam mulia melemah selama 5 hari berturut-turut.
Harga emas turun 1,5 persen dalam seminggu. Sedangkan meningkat sebesar 5 persen dalam sebulan.
Saat ini, pasar memperkirakan terdapat peluang sebesar 87 persen bahwa The Fed akan melakukan penurunan suku bunga yang lebih sederhana sebesar 25 basis poin pada pertemuan berikutnya di bulan November.
Suku bunga rendah umumnya mengurangi biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas.
Meskipun mengalami penurunan, harga emas masih diperdagangkan mendekati rekor tertinggi pada tanggal 26 September sebesar US$2,694.90 per troy ounce, karena ekspektasi penurunan suku bunga Fed lebih lanjut memberikan dukungan melalui pengurangan biaya kepemilikan emas.
Mengutip Trading Economics, Selasa (8/10) Investor juga menantikan data-data penting pada minggu ini, seperti Indeks Harga Konsumen (CPI) yang mengukur inflasi dari sudut pandang konsumen, dan Indeks Harga Produsen (PPI) yang akan melihat Risalah rapat FOMC dan pidato pejabat Fed untuk sinyal inflasi tambahan dari sisi produsen, serta kebijakan moneter.
Di tengah penurunan tersebut, daya tarik emas sebagai aset safe-haven tetap kuat akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, di mana Israel diperkirakan akan merespons serangan rudal Iran terhadap serangan di negara Teluk Persia pada 1 Oktober.
Di sisi lain, Bank Sentral Tiongkok (PBOC) tidak membeli emas untuk cadangannya selama lima bulan berturut-turut pada bulan September.
Analis StoneX Group Fawad Razakzada seperti dikutip Kitco, Selasa (8/10), kemungkinan koreksi harga emas semakin besar seiring penguatan dolar AS dan emas berada pada level overbought.
Data ketenagakerjaan AS yang kuat mempersulit kebijakan suku bunga The Fed, sementara ketegangan geopolitik mendukung penurunan harga emas.
Laporan inflasi dan sentimen konsumen AS minggu ini akan menjadi indikator penting arah pergerakan emas.
Fawad mengatakan, meski ada ruang koreksi, emas masih berada dalam tren bullish jangka panjang. Jika terjadi penurunan lebih lanjut, level teknis penting seperti USD2.600 dan USD2.500 akan menjadi zona support.
Razakzada mengingatkan, indikator teknikal Relative Strength Index (RSI) menunjukkan kondisi overbought yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan jual. Namun, target jangka panjangnya tetap di USD3.000 setelah kemungkinan koreksi kecil.
Dolar sedikit melemah, dengan indeks ICE bertahan stabil di 102,54.
Imbal hasil Treasury turun, dengan obligasi AS bertenor dua tahun terakhir tercatat membayar 3,973 persen, turun 3,1 basis poin, sedangkan imbal hasil obligasi 10 tahun turun 0,1 poin menjadi 4,032 persen. (Aldo Fernando)