TRX NEWS – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyatakan terus melakukan perubahan di dua bidang, yakni digitalisasi dan budaya. Penyedia perbankan BBRI ini telah melakukannya dengan dua cara dan kini mengalami revolusi 2.0.
Direktur Utama BBRI Sunarso mengatakan sebagian besar pinjaman tersebut disalurkan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tanpa game, segmen ini sendiri tergolong besar dibandingkan segmen lainnya yakni mencapai 83,9 persen.
Perubahan rencana BBRI menarik klien ke sektor ini dapat dibaca dalam wawancara IDX Channel pada bagian agenda reformasi BRI yang dipublikasikan hari ini, Jumat (6 September 2023):
“Di BRI, saya pikir kami akan terus meningkatkan apa yang telah kami susun dalam program transisi, dimana proses transisi kami memiliki dua bagian. Jadi bagian pertama adalah transisi ke versi 1.0, lalu bagian kedua kita masuk dan mengubah 2.0 dan semuanya terjadi, jadi saya jelaskan bahwa kita sedang berubah secara digital dan budaya. Saya rasa saya telah melakukan sejumlah investasi modal untuk mendukung digitalisasi dan kemudian, sebagai CEO, saya akan memimpin perubahan budaya.
Alhamdulillah sebagian besar pinjaman kami berikan kepada UMKM. Pangsa saluran pinjaman UMKM sebesar 83,9 persen, pendorong kami adalah pertumbuhan penyaluran kredit, khususnya kepada usaha kecil, konsumen, dan usaha kecil. Perusahaan kami hanya tumbuh sebesar 10,3 persen. Kami kemudian menjaga kualitas dimana tingkat kredit bermasalah sebesar 2,86 persen. Bagi bank yang bermain di ruang UMKM, angka di bawah 3 persen sudah sangat baik, terutama bagi entitas kecil dan ultra mikro.
Rata-rata mereka (pelaku UMKM, Red.) sudah familiar dengan software namun belum familiar dengan produk mata uang digital. Dan kemudian mereka benar-benar memahami bahwa sistem keuangan mereka tidak stabil. Oleh karena itu, mereka lebih memilih berhubungan dengan lembaga keuangan dan istilah tersebut diterapkan secara lokal. Dengan demikian, lembaga keuangan merupakan bagian integral dari masyarakat.
Alhamdulillah BRI, Pegadaian dan PNM diakui dengan cara ini. Jadi masalahnya adalah ketika kita melakukannya, biayanya tinggi. Oleh karena itu, gajinya tinggi dan batasan jabatannya tinggi.
Namun apakah masalah ini akan teratasi secara otomatis jika didigitalkan? Tidak juga, karena kita belum familiar dengan produk digital, makanya BRI hadir. One BRI memiliki konsep agen yang mana agen tersebut merupakan hybrid sejati. Jadi, proses bisnis menjadi digital dan cepat. “Tetapi bagaimana nasabah terus melakukan pendekatan humanis adalah keberhasilan kami dalam melayani pengguna BRIlink.”
(TIO)