TRX NEWS—Naomi Susilovati Cetino merupakan seorang pengusaha sukses di bidang kerajinan batik. Ia merupakan salah satu tokoh yang menghidupkan kembali industri batik lasem setelah vakum bertahun-tahun.
Sesuai dengan namanya, Batik Lesem berasal dari kawasan Pecinan Kabupaten Rembang (Lesem). Coraknya merupakan perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa, sehingga sering disebut batik pesisir.
Batik pesisir merupakan jenis batik yang tercipta dari hasil kontak budaya antara masyarakat Jawa, Arab, Cina, dan Eropa. Kota yang banyak memiliki tradisi membatik ini antara lain Banten, Batavia, Cirebon, Peclongan, Lesem, Surabaya, dan Pasuruan.
Kain batik lesem bisa dijual dengan harga satu lakh rupee. Naomi dan puluhan desainer yang bekerja bersamanya kini mampu memproduksi ratusan garmen dalam sebulan.
Namun perjalanan Naomi menghidupkan kembali industri batik di Lesem tidaklah mudah. Karena dulunya membuat hidup menjadi sulit. Dilansir dari Finansialku (21/8), Naomi merupakan keturunan Tionghoa dan berasal dari keluarga cukup terpandang.
Beliau mengenyam pendidikan di SMA Apoteker Theresiana, Semarang. Namun, pada tahun 1980, dia mengalami masalah dan ditolak serta diusir oleh keluarganya, dan pindah ke Quds untuk memulai hidup baru.
Naomi berusia 21 tahun saat itu dan melakukan pekerjaan serabutan untuk mencari nafkah. Berbagai pekerjaan ia lakukan, serta bersedia membuat kerajinan tangan. Ia adalah seorang buruh laundry, dan siapa sangka, Naomi pernah bekerja di pabrik djarum.
Naomi kemudian bekerja sebagai pemotong rokok dengan penghasilan Rs 375 sehari. Karena ketrampilannya yang kurang, gaji yang diterimanya tidak jauh lebih tinggi dibandingkan teman-temannya yang lebih ahli dalam memotong karung rokok.
Selain menjadi buruh laundry dan buruh pabrik rokok, Naomi juga memutuskan bekerja sebagai pramugari rute Semarang-Lesem. Beberapa saat kemudian, Naomi menemukan pekerjaan yang disukainya, yaitu bekerja sebagai perajin batik.
Orang tua Naomi memintanya untuk kembali, dan mereka tidak memberikan sambutan hangat, namun dia menurutinya. Naomi diejek ketika kembali dan bahkan tidak diizinkan masuk istana.
Alasan orang tuanya memanggilnya adalah untuk melanjutkan usaha batik yang terancam mati tanpa keturunan. Ketika orang tua dan adik-adiknya pindah ke ibu kota, Naomi menetap di Lessem untuk menghidupkan kembali usaha batik Lessem.
Lesem mulai belajar membatik. Mulai dari pola, teknik pengecoran, desain, dan lain-lain. Naomi kembali menelpon tukang baik yang bekerja pada orangtuanya.
Pendekatan kekeluargaan ia gunakan untuk mengubah sistem kerja di sana. Naomi mengajak para pegawainya untuk beribadah sesuai keyakinannya dan membentuk sistem kekeluargaan tanpa hierarki atasan.
Dari sinilah Naomi membangun kesuksesannya dalam memupuk batik tradisional tulisan tangan Leseman Maranath hingga saat ini. Inilah kisah seorang pengusaha batik yang sukses.
(Nadia Kurnia)