TRX NEWS – Generasi Milenial dan Generasi Z (Gen Z) terus diimbau agar tidak mudah tergiur dengan investasi bodong.
Deputy General Manager BUMN Asuransi, Penjaminan dan Investasi, Indonesia Financial Group (IFG) Haru Koesmahagyo mengatakan investasi palsu menawarkan bunga atau keuntungan yang tinggi. Faktanya, investasi dengan pengembalian yang tinggi pasti konsisten dengan risiko tinggi atau risiko tinggi dan pengembalian yang tinggi. “Jangan tergiur dengan pihak-pihak yang menawarkan investasi abal-abal, bunga tinggi, karena semua itu pasti high risk, high return,” kata Haru, Selasa (8/10).
Menurutnya, generasi muda harus bisa mengamankan masa depannya secara finansial, oleh karena itu IFG mengingatkan mereka akan pentingnya berinvestasi dengan bijak.
Ia mencatat, dalam 20 tahun ke depan, generasi muda diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan orang tuanya. Kebutuhan anak juga menjadi tanggung jawab tersendiri.
“Jangan sampai puncak tertinggi tidak siap menjadi orang tua dan bertugas terhadap anak-anaknya. Tentu kita harus memikirkan bagaimana masa depan mereka bisa terjamin,” kata Haru.
Selain mendapatkan dana pensiun dan pendapatan yang stabil di masa depan, generasi muda juga harus menjamin perlindungan kesehatan bagi dirinya dan anak-anaknya di masa depan.
Oleh karena itu, menurut Haru, generasi muda harus mulai memikirkan asuransi selain investasi. Mumpung usianya masih muda dan premi asuransi masih murah, ia mengajak generasi muda untuk berasuransi sejak dini.
“Kalau kita masih muda, premi asuransi kita murah. Tapi kalau seusia saya, pasti mahal kan? Jadi generasi milenial harus mulai mendapatkan asuransi agar terlindungi di usia 20 tahun,” imbuhnya. Dia berkata.
Diakuinya, penetrasi atau literasi asuransi di Indonesia saat ini masih sangat rendah. Berbeda dengan perbankan yang diperkirakan 40 persen penduduk Indonesia memiliki rekening bank, menurutnya penetrasi asuransi masih di bawah 10 persen.
“Meskipun asuransi penting dalam kehidupan kita, namun dalam banyak hal berfungsi sebagai perlindungan atau perlindungan,” kata Haru.
Ia menyebutkan, banyak generasi muda yang masuk dalam kategori generasi sandwich, yaitu memiliki banyak tanggung jawab di luar kebutuhannya sendiri, mulai dari kebutuhan orang tuanya hingga kebutuhan anak-anaknya.
Bagi generasi sandwich, menurut Haru, mereka harus memikirkan tanggung jawab anak-anaknya terlebih dahulu. Menurutnya, kebutuhan orang tua jauh lebih kecil dibandingkan mempersiapkan masa depan anak.
“Untuk generasi orang tua saya katakan selesaikan. Tapi yang masih anak-anak bersiaplah agar tidak menjadi beban di masa dewasa,” ujarnya.
(Fiki Arianti)