TRX NEWS – Menarik mengulas kisah Henri Suhardja Titipku. Henri dan rekan-rekannya mampu mengembangkan layanan pengiriman saham dan membantu para pedagang saham untuk meningkatkan omzet hariannya.
Titipku adalah startup pesan-antar makanan yang didirikan tujuh tahun lalu oleh Henri Suhardja dan rekannya Ong Teck Tian. Ide startup datang dari Ong, dan ide aplikasi layanan pesan antar belanja datang dari Henri.
Henri Suhardja sendiri merupakan lulusan program pelatihan teknologi pangan Universitas Gadja Mada. Pilihannya menyediakan layanan belanja di pasar ini bermula dari pengamatannya terhadap perluasan ekonomi digital di Indonesia.
Di channel YouTube Merry Riana, Henri mengatakan perkembangan teknologi di dunia usaha di Indonesia terjadi dengan pesat, namun sayangnya tidak semua pelaku usaha kecil terkena dampak positifnya.
Bahkan para pedagang barang langka hingga saat ini belum memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan usahanya. “Perkembangan digital sangat pesat, sayangnya banyak masyarakat yang tidak mau mendukung usaha kecil dan menengah,” ujarnya.
Dari situ fokus rencana bisnisnya adalah pada pedagang pasar, karena saat itu banyak yang tidak mau membantu pedagang pasar memasuki lingkungan digital, dan persaingan pasar dengan supermarket pun semakin ketat.
Oleh karena itu, segmen pasar tradisional rusak, banyak pembeli yang berhenti datang ke pasar. Pasar melemah, omzet pedagang menurun. Padahal di Indonesia ada 16.000 pasar, katanya.
Henri pun menilai masih banyak masyarakat Indonesia yang setiap hari pergi ke pasar. Akhirnya Henri memutuskan untuk membuka Titipku. Tujuannya sederhana, yaitu membantu pemasar go digital.
Titipku menawarkan jatiper atau kurir belanja yang bisa dipercaya berbelanja di pasar. Para jatiper ini adalah masyarakat sekitar pasar yang pekerjaannya berbelanja. Perannya sama seperti personal shopper.
Pengguna Titipku dapat melakukan pembelian dalam aplikasi. Pilih produk Anda, lalu pilih stand Anda, lalu pilih item pembelian Anda. Jatipers kemudian menerima pesanan, memeriksa kualitasnya dan mengirimkannya ke pelanggan. Kisah Henri Suhardja Titipku, Sempa ditulis oleh para pedagang pasar
Pasar pertama yang dibuka adalah Pasar Kopro di Tomang Barat, Jakarta. Saat itu masih mewabah sehingga pasar masih sepi. Cobalah untuk menyebarkan selebaran kepada pedagang pasar dan masyarakat sekitar pasar.
Ia pun mencari orang yang ingin mendapat penghasilan tambahan dengan menjadi seorang jatiper. Tentu saja pada awalnya Henri mendapat perlawanan dari para pemasar yang selama ini berjualan dengan tangan tanpa sentuhan digital.
“Waktu saya ke pasar pertama dan ajak pedagang gabung, dari 200 pedagang hanya lima yang mau ikut. Perceraian sudah selesai, mereka tanya ke saya, ‘Mau apa?’, ‘Mau minta harga saja’. , kan?’, ‘Kamu tidak belanja denganku,'” kenangnya.
Namun Henri berusaha membeberkan maksud Titipcu. Ia biasa pergi ke pasar setiap pagi sambil membagikan brosur. Henri sendiri merupakan orang jatiper pertama yang menerima titipan pembelian dari pelanggan.
Lambat laun, tindakannya diperhatikan oleh para pedagang saham. Yang Anda perhatikan setelah memasuki pasar adalah para pedagang pasar memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Baik di satu pasar, maupun di pasar lain yang berdekatan.
Dari sini Henri yakin jika berhasil membantu satu produk maka akan mudah masuk ke produk lain. Gaung Titipku baru mulai terasa ketika Henri berhasil memasukkan 50 produk.
“Pedagang memang minta Titipku ada di produknya. Sekitar 60-70% pengguna diperoleh melalui iklan dari mulut ke mulut. “Kami tidak menasihati ibu-ibu tersebut, namun justru menceritakan pengalaman belanjanya melalui Titipku,” kata Henri.
Begitu pula dengan pedagang yang menawarkan untuk memfasilitasi pelanggannya melakukan pembelian melalui Titipku.
Meskipun penetrasi pasar awal membutuhkan waktu enam bulan, produk Titipku yang ke-10 membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk melakukan penetrasi sepenuhnya. Namun setelah itu Titipku dengan mudahnya memasuki pasar lain.
“Saya sangat senang ketika mendengar kisah para pengusaha sukses. Ada pedagang di Pasar Modern BSD yang konversinya meningkat tujuh kali lipat sejak kami mendukung mereka dengan Titipku. “Orang non-Filipina bisa punya cabang,” katanya.
Henry merasa senang dengan perkembangan Titipku, apalagi Titipku telah menunjukkan bahwa Titipku tidak hanya dapat membantu konsumen namun juga para pemasar itu sendiri.
Begitulah kisah Henry Suhardja Titipku yang mendirikan sebuah software pengadaan yang sukses membantu pembeli dan penjual.
(Nadia Kurnia)