TRX NEWS—Riwayat kredit dari pinjaman online dapat menjadi pembelajaran bagi mereka yang mengelola uangnya dengan baik dan tidak mudah tergiur dengan kemudahan yang ditawarkan pinjaman online.
Kisah tersebut diceritakan langsung oleh Christina Ratnaningsing di channel YouTube Solusi TV. Berdasarkan pengumuman, Christina menerima 63 pinjaman online dengan nilai pinjaman Rp 65 juta.
Namun, selain pinjaman, Christina juga menerima pinjaman dari bank, yang jika dijumlahkan, jumlah pinjaman Christina saat ini bisa mencapai 40 kali lipat pendapatannya. Christina terjebak dan kesulitan keluar dari siklus utang. Kisah Penipuan Kartu Kredit Online, Awal Lingkaran Setan
Christina sudah menikah dan memiliki tiga anak. Ia bekerja sebagai guru dan kemudian menjadi kepala sekolah swasta di Jakarta. Christina mengaku mulai mengalami kendala keuangan setelah pendapatan keluarganya menurun.
Awalnya dia dan suaminya menerima gaji (penghasilan ganda). Namun, Christina menjadi sumber pendapatan utama keluarga karena suaminya didiagnosis mengidap kanker.
“Pada saat yang sama, kebutuhan kami semakin meningkat. Kedua anak kami sudah masuk perguruan tinggi. Tadi kami sudah menyiapkan dana untuk pendidikannya,” kata Christina.
Namun, seiring berjalannya waktu, dana tersebut semakin jarang digunakan untuk tujuan lain. Christina memiliki banyak kerabat di luar Jawa yang sering ia kunjungi, sehingga ia menghabiskan banyak uang untuk hiburan keluarga dan bisnis.
Christina pun mengaku gaya hidupnya sulit diatur. Dia melakukan pengeluaran tersebut dengan gagasan bahwa dia akan mendapatkan uang dari suaminya.
Akhirnya, suaminya jatuh sakit pada tahun 2010 dan tidak bisa bekerja lagi. Saat itu, anak-anaknya belum kuliah, sehingga keadaan keuangannya aman. Namun saat itu, Christina mulai banyak menerima tawaran kredit dan pinjaman.
Pada saat yang sama, banyak keluarga berkunjung. Oleh karena itu, Christina merasa mustahil mengunjungi keluarganya tanpa bantuan tangan. Dari situlah Christina mulai mengeluarkan kartu kredit dan KTA miliknya, padahal sebenarnya dia tidak membutuhkannya.
Gagasan ‘mengakui kredit’ yang dia bicarakan adalah sebuah jebakan. Christina kekurangan uang karena kedua anaknya tidak bisa kuliah di universitas swasta di luar Jakarta yang membutuhkan biaya besar.
“Jadi penghasilan saya saya gunakan untuk menutupi tiga biaya hidup utama: satu anak kuliah di Salatiga, satu lagi kuliah di Bandung, dan keluarga kuliah di Jakarta,” kata Christina.
Christina mulai merasa nyaman dengan pinjaman setelah mengambil beberapa pinjaman yang tidak dapat dia bayar kembali dari gajinya. Ini adalah kesalahannya. Karena gajinya dipotong untuk membayar pinjaman ke bank, ia memutuskan untuk meminjam uang untuk kebutuhan sehari-hari.
Saat itu, Christina sudah menggadaikan SHM rumahnya dan BPKB mobilnya. Christina mengaku menurutnya dia bisa mengalahkan Pinzoll. Dulu Pinjol selalu menawarkan waktu download yang lebih singkat dibandingkan sekarang.
“Saya bodoh. Saya khawatir, jadi saya mengurus semua masalah uang. Penagih utang mulai menagih pada hari pertama, tetapi sudah terlambat satu hari dan keadaan menjadi lebih buruk.” Saya mengancam akan memberikan informasi kepada tukang kebun. “Saya khawatir, jadi saya mengambil pinjaman lagi untuk melunasi utangnya.” kata Christina.
Karena tenor yang ditawarkan saat itu pendek, tugas menggali lubang dan menutupnya dengan pinzol terus berlanjut. Christina mengaku tingkat kecemasan yang dirasakannya seperti dihipnotis dan dikejar Pinzol.
Para debt collector pun mengancamnya, antara lain dengan membuat grup WhatsApp berisi kerabat yang dikenalnya dan mengirimkan pesan langsung ke rekan-rekan di gereja. Christina sedih sekarang. Sejarah Utang dari Pinjaman Online, Awal Mula Keterbukaan dan Bebas Utang
Karena utangnya yang besar dan tuntutan penagih utang, Christina mengalami depresi dan sering berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Namun akhirnya Christina menemukan jalan keluar dari penderitaan Pinjol.
Christina memutuskan untuk terbuka dan berbagi masalahnya dengan seorang guru spiritual di gerejanya, yang membawanya ke seorang konselor keuangan untuk membantunya mengatasi utangnya.
Christina terbuka kepada atasannya tentang penyelesaian utangnya, karena kreditor resmi juga mulai menghubungi kantornya tentang masalah non-pembayaran. Ia mengatakan, pembukaan ini merupakan awal dari penyelesaian masalah.
Setelah mengatasi masalah kreditnya, Christina mencari bantuan untuk mengelola keuangannya dengan lebih baik, menciptakan lebih banyak pembatasan, dan melunasi utangnya sendiri.
“Saya punya mentor yang mengajari saya langkah demi langkah cara melunasi utang. Jadi, jika Anda memiliki utang yang menggunung melebihi penghasilan, jangan terlalu bersusah payah. , turunkan target utang kami ke tingkat yang mampu kami tanggung,” kata Chrisina.
Christina meminta agar seluruh pinjaman yang diberikan kepadanya tercatat di database SLIK OJK. Ketika saya melihat data pinjaman, saya menemukan banyak pinjaman yang tidak tercatat di data. Ternyata banyak Pinzol yang ditutup Kominfo karena dianggap ilegal.
“Saat kami mulai melirik SLIK OJK, kami menulis surat ke bank dan debt collector meminta restrukturisasi. Kami akan menegosiasikan penurunan suku bunga untuk melunasi utang yang besar, tapi hanya sebagian,” kata Christina.
Proses pengajuan restrukturisasi utang memakan waktu kurang lebih enam bulan. Christina harus berhadapan dengan debt collector yang datang ke rumahnya. Christina juga mengalihkan utang dari pinjaman SHM ke organisasi dengan tingkat bunga lebih rendah.
Suaminya juga bekerja sebagai pengembang web dan membantu melunasi utangnya. Ketiga anaknya terbuka dan menerima keadaan tanpa mengeluh. Pelan tapi pasti, utang bisa dilunasi secara efektif. Saat ini Christina tidak memiliki hutang.
Bagi Christina, keluarga adalah sistem pendukung terbaiknya ketika dia menghadapi tantangan keuangan. Ia juga mengatakan penting untuk memiliki sistem dukungan bagi orang-orang yang mengalami depresi, apa pun alasannya. Memiliki sistem pendukung yang baik dapat membantu siapa pun melewati masa-masa sulit dengan mengurangi beban emosional yang dialaminya.
Demikianlah kisah mengakses pulsa online yang bisa dijadikan pelajaran untuk berhati-hati dalam mengelola uang.
(Nadia Kurnia)