TRX NEWS – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) di bawah Presiden Prabo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming membeberkan strategi dan tindakan perseroan untuk mendukung kebijakan pemerintahan baru.
Diketahui, kebijakan perekonomian Presiden ke-8 RI ini fokus pada hilirisasi, pembangunan, dan energi. Bagian bawah mengarah pada bahan mineral dan produk pertanian seperti minyak sawit. Selanjutnya, pemerintah akan fokus pada kebijakan yang memungkinkan swasembada pangan dan energi.
Pimpinan BRI, Direktur Sunarso, ada dua kerangka korporasi untuk mendukung kebijakan perekonomian di era pemerintahan baru. Yang pertama adalah kerangka sasaran nasional dimana BBRI secara rutin melakukan analisis yang relevan. Kotak kedua, BRI, menganalisis peluang perdagangan dari kebijakan pemerintah.
“Kalau analisa kita, harus ada data yang dianalisis dan hasilnya sebagai berikut. Pertama, kalau Indonesia ingin lepas dari middle income trap, perekonomian kita, produk domestik bruto (PDB) harus tumbuh minimal 6 persen jika dihitung dengan BRI,” kata Sunarso dalam keterangan resmi, Senin (4/11/2024).
Sedangkan target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebesar 8 persen lebih tinggi dibandingkan hasil analisis BRI. Hal ini menunjukkan bahwa kedua tujuan tersebut selaras untuk mencapai tujuan keluar dari jebakan pendapatan menengah.
Menurut Sunarso, sumber daya manusia menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi lebih dari 6 persen.
“Nah, setelah kita simpulkan soal human capital, atas dasar apa kita berupaya meningkatkan kualitas human capital? Ternyata penyebab pangan, ketersediaan dan kualitasnya. Oleh karena itu, sesuai dengan keinginan pemerintah. , program pemerintah, lalu “fokus pada swasembada pangan,” kata Sunarso.
Sunarso yang mendukung swasembada pangan mengatakan, untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, pasokan dan kecukupan pangan bergizi harus terjamin. Dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, masyarakat dapat memperoleh pendidikan.
Sementara di sisi hilir sektor energi, Sunarso menyatakan transisi keuangannya pasti akan ditingkatkan.
“Oleh karena itu, di BRI kita, baik penelitian yang dilakukan di BRI atau mungkin penelitian yang dilakukan pemerintah, sebenarnya tidak ada bedanya. Hal ini sesuai dengan kerangka tujuan perekonomian nasional,” ujarnya. Bisnis pada kebijakan pemerintah. Hilirisasi merupakan proses penambahan nilai produk mineral dan produk pertanian dalam negeri.
“Setiap proses yang memberikan nilai tambah berdampak pada kemampuan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dan itu berarti akan terjadi distribusi pendapatan yang lebih baik, serta peningkatan nilai barang yang dijual dalam bentuk mentah. Bahan sudah mencapai tingkat yang lebih tinggi. karena mereka terdampak oleh teknologi, tenaga kerja dan sebagainya,” ujar Sunarso.
Oleh karena itu, jelasnya, hal tersebut mendorong penyerapan tenaga kerja manusia, meningkatkan produktivitas, dan mendorong pertumbuhan. “Bank akan menikmati kegiatan ekonomi yang timbul dari peningkatan distribusi pendapatan serta kegiatan yang dihasilkan dari produk mineral dan produk pertanian. Oleh karena itu, ini merupakan peluang bisnis yang besar,” ujarnya.
Sunarso mencontohkan proses pemanenan produk sawit. Jika hal ini terjadi secara lokal, maka proses nilai tambah akan bersifat lokal. Kemudian dijual, diekspor atau diolah di dalam negeri, sehingga meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Demikian pula dengan produk pangan yang intinya berkaitan dengan penyediaan pangan bergizi.
“Seiring berjalannya waktu, dalam konteks tujuan pembangunan nasional, analisisnya berfokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang antara lain memerlukan swasembada pangan dan energi. Produk dan produk pertanian meningkatkan aktivitas ekonomi dan menghasilkan pendapatan, hal ini merupakan peluang bisnis bagi sektor perbankan.
(Rahmat Fianiyah)