TRX NEWS – CINTA, satu-satunya kata yang terus mengisi jiwa peraih SATU Indonesia Awards ke-14 2023, Teresia Dviaudina Sari Putri, sudah tujuh tahun berkarya di bidang kesehatan di Desa Uzuzozo, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT ). tetap menjadi profesor konservasi.
Desa Uzuzzozo merupakan sebuah desa terpencil di kawasan timur Indonesia. Berjarak 2 jam dari Kabupaten Ende, Teresia, begitu sapaan akrabnya, didedikasikan untuk masyarakat sekitar.
Dalam pidato inspiratif SATU Indonesia Awards 2024 yang ke-15, Teresia bersemangat berbagi kisahnya menjadi bidan di masyarakat yang belum tersentuh layanan kesehatan pemerintah.
Perempuan berkacamata itu mengenang pengalamannya pada tahun 2013, saat pertama kali bekerja di desa terpencil.
“Saya sudah bekerja di Ende sejak tahun 2013. Saat itu, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan setelah menyelesaikan studi. Lalu saat itu kepala desa yang tidak tahu harus berbuat apa setelah saya menyelesaikan studi. pekerja, menawari saya menjadi bidan pertama di desa itu,” ujarnya. Kata Theresia di Gedung MPL, Waingapu, Sumba Timur, Sabtu (20/7).
Fokusnya pada ibu dan anak, termasuk lansia, posyandu, bahkan perilaku sosial masyarakat setempat menjadi tugas Teresia, seperti pembuatan toilet, karena masih banyak warga yang buang air besar di sungai.
“Bidan biasanya bekerja di tempat yang bagus, tapi saya bekerja di desa terpencil yang transportasinya sulit, fasilitas kesehatan (buruk) dan standar sumber daya manusia yang masih rendah,” ujarnya sambil tersenyum.
Pertarungan Thérèse sangat dramatis. Bukan hanya soal geografi, tapi juga berbenturan dengan tradisi masyarakat yang masih mengandalkan dukun untuk melahirkan dan menyembuhkan.
“Perjuangan tujuh tahun itu tidak mudah, karena biasanya masyarakat ditolong dukun saat melahirkan, tidak ada vaksinasi, selalu buang air di sungai. Mereka sulit menerima hal baru, bahkan kehadiran saya dianggap ancaman bagi Dukun. kehilangan pekerjaannya,” katanya.
Teresa tidak peduli dengan sulitnya upayanya untuk meningkatkan kesadaran warga Desa Uzuzozo tentang fasilitas kesehatan. Ia berjalan kaki, mengambil bola, memberikan pelayanan kesehatan dari satu rumah ke rumah lainnya, dan selalu siaga 24 jam sehari.
“Saya bekerja semaksimal mungkin tanpa melanggar tradisi adat. Saya biasanya mencari jalan tengah untuk mencari solusi. Misalnya anak yang divaksin, menurut mereka kalau anaknya divaksin, suntikannya tetap terhambat. Pohon pisang jadi bahwa anak tidak demam kecuali mengganggu masalah kesehatan: “Tidak apa-apa, nanti saya ambil jarum suntiknya dan simpan agar dia tidak main-main”, jelasnya.
“Setiap pasien datang dan menerima layanan medis saya, saya minta kesaksiannya. Alangkah baiknya jika ada dukun yang memiliki fasilitas kesehatan,” lanjut Theresia.
Perlahan tapi pasti, kesadaran masyarakat untuk berobat ke fasilitas kesehatan untuk bersalin, berobat, dan vaksinasi semakin meningkat. Sebelumnya, hanya 5% warga Desa Uzuzozo yang menganggap kesehatan penting, namun saat ini angkanya mencapai 85-90%.
“Saya senang mereka sekarang tahu tentang fasilitas kesehatan. Kapanpun ada dana dari swasta, mereka juga akan keluar untuk membangun toilet,” ujarnya.
Beruntung, Teresia sukses menyisihkan ribuan pendaftar dan meraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2023 ke-14 bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh PT Astra International Tbk (ASII).
“Setelah juara Astra, aku viral, aku bercerita kesana kemari, aku dapat panggung untuk berbagi kisah inspiratif. Aku ingin bekerja di lingkungan yang lebih besar. Aku ingin belajar dalam skala yang lebih besar, dengan jabatan yang lebih tinggi dan pendidikan yang lebih tinggi. Aku mau,” katanya.
Meski masyarakat pedesaan setempat semakin sadar akan pentingnya berobat ke fasilitas kesehatan, Teresia tidak berhenti berkarya. Sebab, ia mengaku sangat mencintai pekerjaannya.
“Pernahkah kamu berpikir untuk pergi? Tentu saja. Tapi aku bisa bertahan berkat cinta. Kedengarannya klise, tapi itu benar. Aku tidak bekerja setengah hati, aku memberi 100 persen. J Aku suka apa yang aku lakukan sekarang , ”katanya.
Ia berpesan agar pemuda NTT memulainya dengan niat yang baik, khususnya di Sumba Timur. Membuat program atau acara yang bermanfaat bagi masyarakat dan berpartisipasi dalam SATU Indonesia Awards ke-15 2024.
“Bagi yang merasa program saya tidak terlihat, tidak ada imbalan atas apa yang telah kalian lakukan. Ikuti program SATU ini, merasa tidak mempunyai keistimewaan, tidak ada “orang-orang besar”. Bukan di KKN Astra, yang dibutuhkan hanya bakat, persiapkan kemampuan untuk belajar, menonjol dan fokus pada apa yang dilakukan teman-teman kita. Kita menuai apa yang kita tabur,” kata Teresia.
(ISP)