TRX NEWS – Penerbit pengelola gerai Alfamidi, PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) mencatatkan pertumbuhan pesat dengan membukukan laba Rp 324,7 miliar pada semester I-2024.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan penjualan di titik penjualan Alfamidi yang tetap stabil, terutama didukung oleh kinerja yang lebih tinggi di toko-toko di luar Pulau Jawa.
Pertumbuhan penjualan ini dipicu oleh tingginya permintaan akibat tumbuhnya aktivitas di sektor pertambangan batu bara dan tingginya harga minyak sawit (CPO) yang berhasil membawa pertumbuhan penjualan hingga 11,1 persen pada kuartal III-2024.
Menurut Samuel Sekuritas, rencana Alfamidi membuka lebih dari 200 toko baru pada tahun 2024 dapat memberikan tekanan pada pertumbuhan penjualan dalam waktu dekat. Pasalnya, toko baru cenderung memiliki kinerja buruk dalam dua tahun pertama.
Di sisi lain, prospek pertumbuhan penjualan yang kuat dan perkiraan pertumbuhan laba yang tinggi pada tahun 2024 dapat memberikan peluang bagi investor untuk membeli saham.
Apalagi dengan kinerja yang kurang memuaskan sepanjang tahun ini (turun 0,5 persen) yang menyebabkan valuasi harga saham Alfamidi relatif murah, tulis riset Samuel Sekuritas, Jumat (4/10/2024).
Namun risiko yang perlu diperhatikan adalah menurunnya jumlah kelas menengah di Indonesia dan kemungkinan penurunan harga bahan baku akibat perlambatan ekonomi global.
“Hal ini dapat menurunkan daya beli masyarakat dan pada akhirnya berdampak negatif terhadap pertumbuhan penjualan,” tulis penelitian tersebut.
Saham MIDI turun Rp 450 pada Rabu (9/10/2024). Sehari sebelumnya, sahamnya turun 1,32 persen ke Rp 450 dan pada pekan sebelumnya naik 0,44 persen ke Rp 456.
Dalam sepekan, saham MIDI tumbuh 1,81 persen dan secara year to date (ytd) menguat 4,65 persen. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 15,05 triliun dengan PER 23,17 dan PBVR 3,85.
(DESI ANGRIANI)